Jumat, 16 November 2018

AKULTURASI, EMIK DAN ETIK

AKULTURASI


Akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.

Akulturasi adalah proses berpadunya kebudayaan lokal dengan kebudayaan yang berasal dari luar/asing, lalu menghasilkan kebudayaan baru. Menurut saya Akulturasi dapat menimbulkan dua efek, yang pertama yaitu efek yang dapat dikatakan menguntungkan dan bernilai positif, dapat dikatakan seperti itu karena dari proses akulturasi tersebut dapat menghasilkan kebudayaan baru yang tinggi nilainya, dan memiliki manfaat.
Sedangkan efek yang kedua menurut saya adalah efek yang negatif, dikatakan begitu sebab hasil dari akulturasi tersebut juga dapat  memberikan efek tidak baik atau negatif terhadap masyarakat, dan tidak memilki manfaat.

Akulturasi dapat terjadi selama adanya kontak antar manusia. Dari pernyataan tersebut dapat saya simpulkan bahwa yang memegang peranan penting dalam terjadinya akulturasi tersebut adalah manusia.  Apabila ingin dampak dari akulturasi tersebut bernilai positif atupun berdampak negatif, semua itu tergantung pada manusianya dalam menerima kebudayaan asing, mana yang ingin ia serap dan yang ingin diakulturasikan. Di sinilah akal pikiran manusia dipakai, yaitu untuk memfilter kebudayaan asing mana yang ingin dia serap.

Sistem akulturasi umum di mana ada dua budaya dalam kontak. Dilihat dari asasnya, setiap budaya dapat mempengaruhi budaya lainnya secara sama, tetapi dalam praktek, budaya yang satu cenderung menguasai budaya lain, yang akhirnya menggiring ke arah pembedaan antara “kelompok dominan” dan “kelompok berakulturasi”.
Dengan itu, tak lantas dapat dikatakan, perubahan-perubahan dalam budaya dominan tidak menarik atau tidak penting: akulturasi kadang mengakibatkan perluassan populasi, makin beragamnya budaya, menimbulkan reaksi-reaksi sikap (prasangka dan diskriminasi), dan perkembangan kebijakan (misal, dalam daerah imigrasi, pluralisme budaya, kedwibahasaan, dan persekolahan).
Satu akibat kontak dan pengaruh itu, aspek-aspek kelompok yang berakulturasi menjadi tertransformasikan sedemikian rupa sehingga ciri-ciri budaya menjadi tidak sepadan dengan ciri-ciri dalam kelompok asal pada saat pertama kali kontak.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses Akulturasi. Diantaranya:

  1. Faktor Intern (dalam), antara lain:

Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Adanya Penemuan Baru:
Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
Invention : penyempurnaan penemuan baru dan
Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat
  1. Konflik yang terjadii dalam masyarakat
  2. Pemberontakan atau revolusi

2. Faktor Ekstern (luar), antara lain :

  • Perubahanalam
  •     Peperangan

    3. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)




     PEMAHAMAN TENTANG EMIK DAN ETIK

 Etik mengcakup pada temuan-temuan yang tampak konsisten atau tetap di berbagai budaya, dengan kata lain sebuah etik mengacu pada kebenaran atau prinsip yang universal.

Sedangkan emik sebaliknya, mengacu pada temuan-temuan yang tampak berbeda untuk budaya yang berbeda, dengan demikian, sebuah emik mengacu pada kebenaran yang bersifat khas-budaya (culture-specific).  Karena implikasinya pada apa yang kita ketahui sebagai kebenaran, emik dan etik merupakan konsep-kosep yang kuat (powerful). Kalau kita tahu sesuatu tentang prilaku manusia dan menganggapnya sebagai kebenaran, dan hal itu adalah suatu etik (alias universal),

maka kebenaran sebagaimana kita ketahui itu adalah juga kebenaran bagi semua orang dari budaya apa pun. Kalau yang kita ketahui tentang prilaku manusia dan yang kita anggap sebagai kebenaran itu ternyata adalah suatu emik (alias bersifat khas-budaya), maka apa yang kita anggap kebenaran tersebut belum tentu merupakan kebenaran bagi orang dari budaya lain.

Emik dan Etik adalah dua macam sudut pandang dalam etnografi yang cukup mengundang perdebatan.  Emik (native point of view) misalnya, mencoba menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.

Sebaliknya, etik merupakan penggunaan sudut pandang orang luar yang berjarak (dalam hal ini siapa yang mengamati) untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat. Secara sangat sederhana, emik mengacu pada pandangan warga masyarakat yang dikaji, sedangkan etik mengacu pada pandangan si pengamat.

Pendekatan emik dalam hal ini memang menawarkan sesuatu yang lebih obyektif. Karena tingkah laku kebudayaan memang sebaiknya dikaji dan dikategorikan menurut pandangan orang yang dikaji itu sendiri, berupa definisi yang diberikan oleh masyarakat yang mengalami peristiwa itu sendiri. Bahwa pengkonsepan seperti itu perlu dilakukan dan ditemukan dengan cara menganalisis proses kognitif masyarakat yang dikaji dan bukan dipaksakan secara etnosentrik, menurut pandangan peneliti.
Contoh : Pada sebuah fenomena masyarakat seperti pengemis. Bila perilaku pengemis disebut sebagai sebuah fakta sosial, atau sebuah keniscayaan. Maka berlaku sebutan: Pengemis adalah sampah masyarakat, manusia tertindas, manusia yang perlu dikasihani, manusia kalah, manusia korban kemiskinan struktural, dsb.
Anggapan ini bukan sebuah kesalahan berpikir, melainkan sebuah sudut pandang Etik orang di luar pengemis untuk menunjukkan fakta yang semestinya berlaku seperti itu, bukan pandangan Emik, bagaimana pengemis melihat dirinya sendiri.

Dalam pandangan Emik yang bersifat interpretif atau fenomenologis, pengemis adalah subjek. Mereka adalah aktor kehidupan yang memiliki hasrat dan kehidupan sendiri yang unik. Pandangan subjektif seperti ini diperlukan untuk mengimbangi pandangan obyektif yang seringkali justru memojokkan mereka, melihat mereka sebagai korban kehidupan, kesenjangan ekonomi, atau ketidakadilan sosial, bukan sebagai entitas masyarakat yang memiliki pemikiran dan pengalaman hidup yang mereka rasakan dan alami sendiri.
Contoh lainnya adalah para pemerintah. Dalam pandangan etik, mereka adalah orang-orang yang sangat dibenci oleh masyarakat karena ada sebagian melakukan tindak korupsi yang dapat merugikan masyarakat, khususnya masyarakat tingkat bawah (masyarakat miskin). Dalam pandangan emik, mereka adalah orang-orang yang sangat berperan penting dalam pembangunan negara Indonesia.

Misalnya saja mahasiswa UNHAS. Dalam pandangan etik (pandangan luar), mereka selalu bertindak anarkis, sering melakukan demonstrasi, dan merusak fasilitas-fasilitas umum seperti lampu merah. Tetapi dalam pandangan emik, jika dilihat dari dalam, mereka adalah orang-orang yang berpendidikan baik dan pasti memiliki etika yang baik, yang merupakan calon-calon penerus bangsa.
Contoh lain adalah pemulung. Dari pandangan etik mereka adalah orang-orang yang mengambil barang-barang bekas, pemulung adalah orang mengais rejeki dari sampah-sampah bekas kemudian dijual kembali oleh mereka untuk menyambung hidup. Tetapi dari segi emik, tanpa pemulung, petugas kebersihan, terutama dijalan-jalan, akan lebih kerepotan untuk membersihkan jalanan karena banyaknya sampah yang berserakan.
Contoh berikutnya adalah orang-orang pengangguran. Dari segi etik, mereka adalah orang-orang yang bodoh, malas bekerja, sehingga banyak terjadi kejahatan dimana-mana. Tetapi dari segi emik, mereka adalah adalah korban dari kesenjangan ekonomi, dan ketidakadilan dari pemerintah sehingga banyak dari mereka yang tidak bisa bersekolah, sehingga menjadi pengangguran.
Jika yang kita ketahui tentang prilaku manusia dan yang kita anggap sebagai kebenaran itu ternyata adalah suatu emik (alias bersifat khas-budaya), maka apa yang kita anggap kebenaran tersebut belum tentu merupakan kebenaran bagi orang dari budaya lain.


Secara sangat sederhana dapat saya simpulkan bahwa emik mengacu pada pandangan konselor terhadap kebudayaan klien, sedangkan etik mengacu pada pandangan konselor terhadap kebudayaan secara keseluruhan dalam proses konseling.
Jadi dengan konsep atau landasan teori maka dalam melakukan proses hubungan konseling dengan klien, maka pendekatan yang akan saya lakukan adalah memahami klien seutuhnya.

   Memahami klien seutuhnya ini berarti yang harus saya lakukan adalah bisa atau dapat memahami budaya klien secara spesifik yang mempengaruhi klien, memahami keunikan klien dan memahami manusia secara umum atau universal yang sifatnya keseluruhan (Etik).

Namun dalam memahami budaya spesifik berarti harus mengerti dan memahami budaya yang dibawa oleh klien sebagai hasil dari sosialisasi dan adaptasi klien dari lingkungannya. Hal ini sangat penting karena setiap klien akan membawa budayanya sendiri sendiri (Etik).



Sekian yang bisa saya ulas mengenai tugas kuliah saya dari matakuliah Konseling Lintas Budaya.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian kata-kata diatas 🙏

Jumat, 19 Oktober 2018

Cara Bergaul yang Baik dengan Teman Sebaya

Kali ini saya akan menulis mengenai bagaimana cara bergaul dengan teman sebaya, dalam tema kali ini saya menulis 10 cara dalam bergaul dengan teman sebaya



10 Cara Bergaul yang Baik dengan Teman Sebaya

  1. Bergaul dengan niat baik, Dengan beragam cerita kenakalan remaja jaman sekarang yang sering kita dengar nih, pentingnya memulai pergaulan dengan niat baik itu sangat perlu dilakukan. Rentannya remaja memulai suatu perilaku yang kurang baik bisa diawali dengan niat yang kurang baik ketika menjalin pertemanan dan pergaulan. Memilih teman dengan ciri – ciri teman yang baik dan tulus sangatlah penting. Jika memulai pergaulan dengan niat yang baik, maka kita juga akan mencari lingkungan yang baik yang tidak akan mudah mempengaruhi atau menjerumuskan orang kepada tingkah laku yang menyimpang dari nilai sosial.
  2. Senyum,  Cara bergaul yang baik dengan teman sebaya adalah dengan selalu bersikap ramah dan murah senyum. Sering tersenyum akan memberi kesan bahwa kita adalah orang yang mudah didekati dan dapat diajak bicara. Selalu tersenyum juga merupakan ciri  – ciri orang baik hati dan cara bergaul agar disenangi orang lain. Karena itulah usahakan untuk selalu tampak ramah, terbuka serta mudah didekati agar banyak orang yang ingin bergaul dengan kita.
  3. Biasa berkomunikasi,  Seseorang dapat menemukan cara bergaul dengan baik jika dia telah terbiasa untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Hal ini termasuk pemilihan kata – kata dan seberapa komunikatif orang tersebut. Orang yang mudah untuk diajak bicara dan selalu mempunyai topik yang menarik untuk dibicarakan akan disenangi dalam pergaulan, karena tidak membosankan dan bisa membuat suasana menjadi hidup dengan kesediaannya untuk selalu bergabung dalam pembicaraan.
  4. Jangan sombong,  Sifat sombong tidak akan menjadi cara bergaul yang baik dengan teman sebaya. Memiliki berbagai kelebihan bukanlah alasan untuk bersikap jumawa. Cobalah untuk mendapatkan cara menghilangkan sifat sombong dan cara menghilangkan sifat angkuh yang mungkin dimiliki dan jadilah seseorang yang rendah hati serta selalu bersikap apa adanya tanpa keinginan untuk memamerkan kelebihan diri yang dimiliki.  Mungkin yg tepat adalah memamerkan kelebihan dapat menjadi cara mengatasi kurang percaya diri dalam bergaul, tetapi hal itu justru akan membuat Anda menjadi kehilangan cara menghindari sifat riya dan cara menghindari sifat takabur yang seharusnya bisa dilakukan dengan baik.
  5. Selalu bersikap adil,  Adil adalah cara bergaul yang baik dengan teman sebaya dan cara mendapatkan banyak teman. Dalam lingkungan kita, ada banyak orang dari latar belakang berbeda yang dapat dijumpai setiap hari. Ada yang kaya, miskin, yatim piatu dan banyak lagi. Sebaiknya usahakan untuk bersikap adil kepada setiap orang tanpa memandang latar belakang mereka. Jangan membedakan perlakuan yang diberikan untuk setiap orang jika tidak ingin dianggap sebagai orang yang tinggi hati.
  6. Selalu siap membantu,  Orang yang ringan tangan akan sangat disukai dalam pergaulan karena mereka bisa diandalkan. Cara bergaul agar disenangi orang lain atau dengan teman sebaya adalah jika kita menjadi orang yang selalu siap untuk membantu apabila dibutuhkan oleh teman – teman. Sikap ini haruslah diperlihatkan dengan tulus agar orang lain juga bisa merasakan bahwa kita memberi bantuan tanpa pamrih apapun, melainkan murni karena bisa memberi bantuan kepada teman yang sedang dalam kesulitan.
  7. Murah hati,  Sifat murah hati juga akan sangat membantu dalam cara bergaul yang baik dengan teman sebaya. Ini juga akan menjadi cara agar disenangi teman. Murah hati dalam artian menjadi orang yang tidak pelit untuk beramal dan berjiwa sosial, serta mudah berbagi dengan orang lain. Contohnya, tidak segan untuk berbagi atau menyumbang kepada orang yang membutuhkan seperti fakir miskin, berbagi rezeki berupa makanan atau barang lainnya dengan teman, dan lain – lain.
  8. Mempunyai tanggung jawab,  Menumbuhkan rasa tanggung jawab akan membuat seseorang mudah mendapatkan teman bergaul yang baik. Karna dalam pergaulan yang baik, selalu ada rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh orang yang terlibat di dalamnya agar situasi menjadi kondusif dan membawa pengaruh yang positif pada masing – masing orang. Orang yang bertanggung jawab biasanya dapat dipercaya dan diandalkan, karena itu juga mereka membawa pengaruh positif dalam pergaulan.
  9. Punya rasa humor,  Selalu bersikap serius akan membuat suasana dalam pergaulan menjadi tegang dan kaku. Karena itulah dibutuhkan sedikit rasa humor agar bisa terjalin cara bergaul yang baik dengan teman sebaya. Humor dapat mendekatkan orang satu sama lain dan dapat menjadi cara mudah bersosialisasi dengan orang lain.  Humor adalah tips agar disukai banyak orang. Hanya saja pastikan agar humor yang dilontarkan adalah gurauan yang bermutu dan bukannya ucapan yang menyakiti orang lain. Misalnya mengejek, membully dan mentertawakan kesusahan orang lain.
  10. Tidak memilih teman bergaul,  Hal ini berlaku kepada teman – teman sebaya yang baik perilakunya. Jika ada teman yang perilakunya kurang dapat diterima, sebenarnya adalah wajar apabila kita menyaring siapa yang bergaul dengan diri kita agar tidak mendapatkan pengaruh buruk  darinya. Yang dimaksud disini adalah jangan memilih berdasarkan materi dan tampak luar semata. Pilihlah teman bergaul yang bisa memberikan pengaruh baik kepada diri kita. Bila kita tahu cara menghargai orang lain maka hal itu juga akan bisa menunjukkan kepada kita tentang cara agar dihargai orang lain juga.

Jadi, Bergabung dalam lingkup pergaulan yang baik sangat penting bagi seseorang yang ingin arah kehidupannya berjalan lurus dan baik juga. Mengetahui cara bergaul yang baik dengan teman sebaya adalah hal yang bermanfaat untuk mencegah diri terjerumus ke dalam pergaulan yang salah dan merugikan diri sendiri. Jika ingin mendapatkan lingkungan pergaulan yang baik, maka Anda bisa menjaga sikap dan melakukan berbagai hal yang akan memudahkan Anda bergaul dengan orang – orang baik pula. 


Rabu, 10 Oktober 2018

Cara Belajar yang Efektif dan Efesien

Holaaaaa .... Selamat datang di myblog 
Kali ini blog saya akan saya isi dengan pembahasan menjadi sasaran para pelajar yang masih duduk dibangku sekolah baik SMP maupun SMA.
Mari disimak 😉



CARA BELAJAR EFEKTIF DAN EFISIEN

Cara belajar efektif dan efisien bagi sebagian orang adalah hal yang sulit, bahkan dianggap itu hanyalah sebuah slogan. Hal ini dikarenakan, orang tersebut belum menemukan cara belajar yang efektif dan efisien yang sesuai dengan kondisinya secara pribadi. Memang harus diakui bahwa, cara belajar efektif dan efisien bagi sebagian orang, belum tentu efektif dan efisien bagi sebagian lainnya. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai cara belajar yang efektif dan efisien, ada baiknya kita memahami dulu makna cara belajar efektif dan efisien.
Cara belajar efektif adalah cara belajar yang sesuai dengan kondisi personal pembelajar, baik dari segi metode, penggunaan tempat, ataupun penggunaan waktu. Sedangkan belajar efesien adalah cara belajar yang meminimalkan usaha tetapi mendapatkan hasil yang maksimal. Yang diminimalkan disini juga berupa waktu, tempat, sarana dan prasarana belajar dan lain-lain. Biasanya seseorang belajar tidak terlalu lama, tetapi sangat menguasai materi tersebut, karena orang tersebut kemungkinan mempunyai cara efisien dalam belajarnya, selain metode yang mereka gunakan dalam belajar, yang perlu diingat disini adalah, tidak orang pintar atau bodoh dalam belajar, yang ada hanyalah orang malas, dan tak tahu cara belajar yang baik.
Di bawah ini adalah cara belajar yang efektif dan efisien. Cara ini sengaja saya susun secara berurutan, kapan waktunya belajar, dimana, apa yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut, setelah mempelajari materi ini apa kira-kira yang akan didapat dari materi tersebut, apakah materi ini berhubungan dengan materi lainnya, bagaimana pemahaman orang lain terhadap materi ini, dan membuat kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.

Yaitu......

  1. Mengatur waktu belajar

Oiya Sebelumnya kalian harus mengenl diri kalian dahulu. Kenapa? apa hubungannya?
Karena yang tau kemampuan dan keahlian yang ada pada diri kalian, ya Kalian sendiri loh.
Jadi kalian harus tau Gaya belajar dari diri kalian, jangan sampai salah dalam menuntukan bahwa cocok/lebih pas di mana dalam gaya belajar kalian.
Gaya belajar ada 3 Tipe yaitu :

Penentuan waktu belajar memegang peranan yang sangat sentral. Sebaiknya, waktu belajar ini disusun dalam bentuk daily activity. Penempatan waktu belajar dalam kegiatan sehari-hari juga harus mempertimbangkan kondisi lingkungan dan kondisi fisik dan fisiologis. Kondisi lingkungan (baik rumah maupun sekolah) harus menjadi pertimbangan. Kondisi fisik dan fisiologis juga harus menjadi prioritas. Biasanya, dimalam hari, kondisi tubuh kita terasa capek, penat karena aktivitas keseharian, sehingga tidak mendukung belajar yang efektif. Kami menyarankan belajar di pagi hari (kalau bisa, biasakan bangun lebih awal). Kalau bisa, waktu malam, tidurlah lebih cepat, untuk menyegarkan kondisi tubuh kembali, sehingga bisa bangun lebih awal. Belajar dipagi hari lebih menguntungkan, dimana otak dalam kondisi fresh kembali, juga kondisi lingkungan biasanya tidak terlalu mengganggu (tenang).
2. Memilih tempat belajar

      Tempat belajar juga sangat mendukung efektivitas belajar. Kondisi tempat belajar yang tenang, sejuk, luas, dan pewarnaan dalam ruangan belajar yang bisa memanipulasi ingatan lebih kuat (misalnya penggunaan cat), kondisi tempat duduk, meja dan penataan buku-buku pada tempat belajar sangat membantu dalam mengefektifkan belajar. Biasanya tempat belajar juga tergantung dengan waktunya, karena biasanya ada tempat-tempat tertentu yang bising disiang hari misalnya, tetapi cukup tenang dimalam hari atau dipagi hari. Silahkan sesuaikan antara tempat belajar dengan waktu belajar.

3. Penggunaan sarana dan prasarana belajar
      Sarana dan prasarana belajar disini hanya sebuah alat. Jika tersedia silahkan digunakan, tetapi bukan merupakan prasyarat utama. Sarana belajar disini bisa berupa video pendukung dengan apa yang sedang dipelajari, ataupun alat-alat lainnya. Biasanya, ada orang yang merasa rileks dengan adanya musik jika sedang belajar, silahkan gunakan alat-alat ini jika mendukung. Tetapi penggunaan music ini bersifat personal, artinya tidak semua orang menyukainya jika sedang belajar, bahkan ada yang merasa teganggu dengan adanya bunyi musik jika sedang belajar. Silahkan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada untuk mendukung belajar yang efektif.
4. Membuat review materi
      Membuat review materi sangat penting dalam belajar. Review disini digunakan untuk memanggil kembali (recall) apa yang sudah dipelajari. Dengan mereview materi, kita dapat melihat secara sistematis apa-apa yang sudah kita pelajari. Dengan review pula, kita bisa merencanakan apa yang masih kurang dari materi yang sudah kita pelajari, sehingga dapat menentukan langkah dan memilih buku lain yang tepat untuk melengkapi materi yang sedang kita pelajari.
5. Mengembangkan Materi
      Pengembangan materi ini adalah system pembelajaran lanjutan. Pengembangan materi dengan melihat hubungan materi yang sedang kita pelajari dengan materi-materi lain. Materi yang kita pelajari kemungkinan sama dengan materi yang sudah kita pelajari ataupun bertentangan. Dengan membandingkan materi-materi ini, kita bisa membuat sebuah kesimpulan-kesimpulan awal. Kalau bisa, kesimpulan-kesimpulan awal ini dibuat dalam bentuk list (catatan) untuk didiskusikan dengan teman-teman atau guru (tutor).
6. Mengadakan diskusi
      Mendiskusikan materi sangat penting untuk melihat bagaimana orang lain memahami materi yang sedang dipelajari. Diskusi ini merupakan alat ukur pemahaman dan menyamakan persepsi. Kalaupun merupakan materi-materi sulit, alangkah baiknya dimediasi oleh seorang tutor (guru).
7. Membuat kesimpulan
      Pembuatan kesimpulan adalah hal yang sangat penting sebagai hasil dari apa yang kita pelajari selama ini. Sebaiknya kesimpulan akhir ini ditulis secantik mungkin, agar dapat dibaca dan dijadikan referensi jika kita sedang mempelelajari hal yang sama dikemudian hari. Bahkan kesimpulan bisa merupakan kisi-kisi/intisari dari sebuah materi.
Jadi dari uraian yang di ulas di atas cara  belajar efektif memungkinkan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran  yang lebih baik, sehingga pembelajaranelumnya ka bisa lebih variatif dan tidak monoton. Sehingga selalu ada pacuan untuk bersemngat dalam belajar


Nah kira kira kalian lebih tepat menggunkan gaya belajar yang mana ?

Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual berfokus pada penglihatan. Saat mempelajari hal baru, biasanya tipe ini perlu melihat sesuatu secara visual untuk lebih mudah mengerti dan memahami. Selain itu, tipe visual juga lebih nyaman belajar dengan pengunaan warna-warna, garis, maupun bentuk. Itulah mengapa, orang yang memiliki tipe visual biasanya memiliki pemahaman yang mendalam dengan nilai artistik seperti paduan warna dan lainnya.

Kalau memiliki karakteristik berikut berarti kamu termasuk tipe visual:
  1. Lebih mudah mengingat dari yang dilihat daripada yang didengar
  2. Lebih suka membaca daripada dibacakan
  3. Berbicara dengan tempo agak cepat
  4. Cukup peduli dengan penampilan dan pakaian
  5. Lebih menyukai melakukan demonstrasi daripada pidato
  6. Sulit untuk menerima instruksi secara verbal kecuali ditulis
  7. Tidak mudah terdistraksi dengan keramaian
  8. Suka menggambar apa pun di kertas
Cara belajar yang tepat untuk visual:
  1. Belajar dari gambar maupun video yang menarik
  2. Membaca buku yang tidak hanya tulisan saja tetapi juga memiliki ilustrasi
  3. Saat belajar bisa sambil lakukan doodling supaya lebih fokus
  4. Gunakan spidol warna-warni saat membuat catatan
  5. Membuat mind mapping untuk memudahkan belajar

Gaya Belajar Auditori

Untuk yang memiliki gaya belajar auditori, mengandalkan pendengaran sebagai menerima informasi dan pengetahuan. Orang tipe tidak masalah dengan tampilan visual saat mengajar, yang penting adalah mendengarkan pembicaraan guru dengan baik dan jelas. Nah, makanya tipe auditori biasanya paling peka dan hafal dari setiap ucapan yang pernah didengar bukan apa yang dilihat. sssssutt.. kalau ada teman yang hobi untuk mengingatkan kelas untuk tenang bisa jadi teman kamu tipe auditori loh itu !

Kalau memiliki karakteristik berikut berarti kamu termasuk tipe auditori:
  1. Lebih mudah mengingat sesuatu dari apa yang didengar daripada yang dilihat
  2. Senang mendengarkan
  3. Mudah terdistraksi dengan keramaian
  4. Kesulitan dalam tugas atau pekerjaan yang melibatkan visual
  5. Pandai menirukan nada atau pun irama suara
  6. Senang membaca dengan mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir mereka
  7. Biasanya merupakan pembicara yang fasih
  8. Mudah dalam mengingat nama saat berkenalan dengan orang baru
Cara belajar yang tepat untuk auditori:
  1. Dengarkan musik yang disukai
  2. Bisa merekam saat guru mengajar lalu dikemudian hari didengarkan kembali
  3. Apabila membaca buku, bisa sambil diucapkan dengan suara pelan untuk lebih mudah mengingat
  4. Mendengarkan materi yang diajarkan guru saat di kelas dengan seksama
  5. Belajar dengan diskusi bersama teman supaya lebih mudah memahami maupun mengingat materi

Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar ini menyenangi belajar yang melibatkan gerakan. Biasanya orang yang tipe ini, merasa lebih mudah mempelajari sesuatu tidak hanya sekadar membaca buku tetapi juga mempraktikkanya. Dengan melakukan atau menyentuh objek yang dipelajari akan memberikan pengalaman tersendiri bagi tipe kinestetik. Makanya, orang yang memiliki gaya belajar tipe kinestetik biasanya tidak betah berdiam lama-lama di kelas atau suka sekali mondar-mandir dikelas nih hehe.

Kalau memiliki karakteristik berikut berarti kamu termasuk tipe kinestetik:
  1. Menyenangi belajar dengan metode praktik
  2. Kadang kesulitan dalam menulis tetapi pandai dalam bercerita
  3. Menyukai aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh seperti olahraga atau menari
  4. Saat berkomunikasi banyak menggunakan isyarat tubuh
  5. Menghafal dengan cara berjalan atau melihat
Cara belajar yang tepat untuk kinestetik:
  1. Saat mendapatkan materi belajar, bila memungkinkan segera coba praktikkan
  2. Belajar sambil melakukan aktivitas yang melibatkan gerakan, misalnya sambil berjalan atau sesederhana menjetikkan jari
  3. Melakukan eksperimen dari materi yang didapatkan dari guru
  4. Bisa mengunjungi tempat yang berhubungan materi di pelajaran, misalnya untuk pelajaran Sejarah bisa mengunjungi museum
  5. Mengikuti ekstrakurikuler seperti seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja)
Nah jadi bagaimana sudah teroikirkah kalian 
di posisi mana dalam gaya belajarnya?


Sekian dari apa yang sudah saya tulis.
Terimakasih 
Assalamualaikum
jangan lupa di terapkan 😉

Sabtu, 06 Oktober 2018

Perilaku Etis

Assalamualaikum terimakasih sudah melihat lihat blog pribadi saya ☺👋
Kali ini saya akan membahas mengenai perilaku etis, karena masih banyak para pelajar yang tidak etis berperilaku baik di sekolah maupun di luar sekolah, baik dengan orang tua maupun dilingkungan sekelilingnya. Nah untuk menambah wawasan dan pandangan bagi kalian yg masih usia di masa sebagai pelajar Mari simak yaa...

Sebelumnya menjelaskan terlebih dahulu mengenai etika, karena etika dan etis hampir sama tidak sih? Hemmmm..



Apa Itu Etika? Perbedaan Perilaku Etis Dan Tidak Etis
Etika adalah keyakinan atau tindakan mengenai benar dan salah serta tindakan baik dan buruk yang mempengaruhi hal-hal lain atau pihak lain. Etika diukur didasarkan pada budaya setempat, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia, dan lainnya.

Perilaku dalam beretika, dalam kehidupan sehari-hari kita dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu perilaku etis yaitu perilaku yang diharapkan oleh masyarakat dan perilaku yang tidak etis yaitu perilaku yang tidak disukai oleh orang lain.

Perilaku Etis
Adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial, agama dan lainya yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan.
Contoh tindakan etis adalah menghargai orang lain, berempati terhadap orang lain, tolong- menolong dlln.

Perilaku Tidak Etis
Adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nor-norma sosial, agama ,dan lainya yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahahayakan.
Contoh perilaku yang tidak etis adalah menyepelekan orang lain, tidak peduli dengan orang lain, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, dlln.

Arti Etika Dan Pendekatan Yang Dapat Dilakukan
Tanggung jawab sosial adalah termasuk kedalam perilaku yang etis dalam kehidupan sosial. Biasanya tanggung jawab sosial yang sering dilakukan seseorang adalah seperti:
1.Sikap Obstruktif
Pendekatan terhadap tanggungjawab sosial yang melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan individu.
Contoh, pergaulan bebas yang dilakukan para remaja yang sangat merajalela pada masa ini.

2. Sikap Defensif
Pendekatan tangungjawab sosial yang ditandai dengan personal, hanya memenuhi persyaratan aturan atau hukum secara minimum atas komitmennya terhadap kolompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
Contoh, sikap defensif adalah menjalani proses suatu organisasi dengan sungguh-sungguh.

3. Sikap Akomodatif
Pendekatan tangungjawab sosial yang diterapkan seseorang dengan melakukannya, apabila diminta melebihi persyaratan aturan atau hukum minum, dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
Contohnya, mau bergaul dengan masyarakat sekitar lingkungan.

4. Sikap Proaktif
Pendekatan Tanggungjawab sosial yang diterapkan seseorang, dengan secara aktif mencari peluang untuk menyumbangkan demi kesejahteraan kelompok atau individu dalam lingkungan sosialnya.
Contohnya, berusaha membangun kebiasaan baik, memperbaiki diri dlln.


Oleh, sekian dari penjelasan saya. Terimakasih sudah di simak.
Selebihnya jika ada kekurangan mohon maaf

Kamis, 27 September 2018

Tujuan,Fungsi, manfaat dan Asas Bimbingan Konseling

Assalamualaikum Semua 

Kembali lagi saya akan menulis blog ini setelah beberapa hari kemarin. kali ini saya akan melanjutkan dari penulisan saya yg sebelumnya yaitu masih mengenai Bimbingan Konseling.
Yuk langsung saja di simak 😉












TUJUAN
T
A.    Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
·    Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
·         Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
·         Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
·         Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
·         Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
·         Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
·         Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
·         Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
·         Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
·         Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

B.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
·         Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
·         Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
·         Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
·         Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
·         Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
·         Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

C.       Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
·         Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
·         Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
·         Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
·         Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
·         Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
·         Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
·         Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
·         Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

MANFAAT

a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
c. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling

FUNGSI

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b.  Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
b. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
c. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching
.e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli. 
g.  Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.

ASAS-ASAS

a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas  yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik  (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing  (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,B.Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
b. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)  yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru  pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan  dan kekarelaan.
c. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan  yang diberikan kepadanya.
d. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)  hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
e. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling  yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarangKondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien)  pada saat sekarang.
f. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
g. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi  dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
h. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,  dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
i. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.  Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan   dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
j. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan  kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor),  dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
k. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya  kepada peserta didik (klien) untuk maju.


Nah sekian dari penulisan saya semoga bisa menambah informasi kalian ya guys. Just share 😊❤ 
Wassalamulaikum.wr.wb
By : Siti Aprilia